Kuliner tradisional khususnya makanan dan minuman kecil atau
kue khas Provinsi Maluku Utara (Malut) sangat beragam. Nah, empat di antaranya
yakni Kue Sagu Kasbi, Angka Durian, dan Jus Sari Buah Pala disuguhkan dalam acara launching
Calendar of Events (CoE) Malut 2018 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung
Sapta Pesona, kantor Kemenpar, Jakarta, Selasa (13/3) malam.
Kue Sagu Kasbi atau sagu dari singkong yang merpakan
makanan khas Tidore Kepulauan terbuat dari ubi kayu atau singkong varietas
lokal Tidore, gula, susu dan bahan-bahan lainnya.
Rasa
Sagu Kasbi tawar dan bertekstur keras.
Bentuknya empat persegi panjang dengan warna ada yang coklat, ada juga putih kekuningan.
Karena
keras dan tawar, cara menyantapnya paling enak dengan dicelup di air teh atau
kopi panas yang manis.
Salah
satu produsen Sagu Kasbi di Malut dibuat oleh Kelompak Wanita Tani di Kelurahan Jaya,
Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan.
Sementara Kue Angka Durian khas Ternate, Malut sesuai namanya memang terbuat dari terigu dan durian serta ditambah kenari.
Alhasil kue berwarna kehijauan yang mirip kue Apem ini terasa sekali aroma duriannya.
Minuman Jus Buah Pala atau Nutmeg Juice terbuat dari sari buah
pala, air, gula, pewarna alami, dan asam sitrat.
Karena terbuat dari sari buah pala, minuman berwarna kuning
dalam kemasan botol plastik berisi 330 ml itu terasa sekali buah palanya.
Buah pala diyakini mengandung bermacam gizi seperti kalori,
protein, karbohidrat dan lainnya.
Minuman bermerek Abdas itu diproduksi UD. Bintang Harapan di
Ternate, Malut.
Kue Aneka Durian khas
Ternate di salah satu meja di bazaar terkait CoE Malut 2018 yang diperuntukkan
buat pengunjung secara cuma-cuma, diletakkan bersama beberapa makanan kecil
khas Minahasa, Sulawesi Utara seperti Bobengka dan Lalampa.
Menurut penjaga stand kue khas Malut yang enggan disebut namanya,
harga kue Aneka Durian cuma Rp 5 ribu.
Kata penjaga stand
kue khas Malut itu, masih ada beberapa kue dan masakan khas Malut lainnya antara
lain Nasi Jaha yang berbahan dasar campuran beras biasa, beras ketan, dan
santan kelapa.
“Semacam nasi
pulut. Rasanya sangat gurih,” ungkapnya.
Selain itu juga
ada Kue Asidah, makanan khas Tidore yang
terpengaruh budaya Arab. Warna kuenya merah kecoklatan dikarenakan
kandungan kurma dan gula aren.
Sepintas mirip dodol tapi penyajiannya beda. Kalau dodol di Jawa
biasanya dicetak persegi lalu dipotong-potong kecil, tanpa tambahan apa-apa. Tapi kalau Kue Asidah disajikan berbentuk separuh bola di atas piring. Lalu disiram ghee
(mentega India) di atasnya sebagai topping.
“Sayangnya Nasi Jaha dan Kue Asidah-nya kita lupa bawa,” akunya.
Pantauan Kokirimba, selain stand kue khas Malut, di acara
launching CoE Malut 2018 yang dihadiri Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya,
Plt. Gubernur Malut H. Muhammad Natsir Thaib, Kepala Dinas Pariwisata Malut
Samsuddin A. Kadir, para bupati Malut, dan sejumlah tamu undangan serta
wartawan dan blogger ini juga terdapat stand khusus menjual aneka olahan dari
bahan-bahan yang didatangkan dari Malut.
Ada Sambal Kenari dan Sambal Roa yang dibanderol dengan
harga Rp 75 ribu per toples kecil.
Juga ada teh rempah khas Sasadu Jailolo Rp 60 ribu per toples
kecil serta cake roll produksi Locarasa dengan
tiga varian isi yakni coklat kenari, lemon, dan coconut palm sugar dengan harga
Rp 50 ribu per kotak berisi tiga gulungan kecil.
Naskah & foto:
adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. Kue Angka Durian khas Ternate, Malut.
2. Sagu Kasbi khas Kota Tidore Kepulauan, Malut.
3. Nutmeg Juice atau jus sari buah pala khas
Ternate, Malut.
4. Cake Roll isi bahan-bahan dari Malut
5. Sasadu, teh rempah khas Jailolo, Malut.