Kuliner Aceh bukan cuma Mie Aceh dan
Ayam Tangkap. Provinsi yang namanya kian mendunia pasca dilanda gempa dan
tsunami dasyat 2014 silam itu juga punya makanan tradional rujak yang disebut Lincah.
Rujaknya berisi aneka buah dengan siraman bumbu sambal gula merah yang kental
berasa asam, pedas, dan manis ini serta parutan buah lokal yang disebut Rumbia.
Hmmm.., dijamin bikin segeeerrr.., dan ngileerrrr...
Rujak merupakan makanan tradisional yang terbuat dari bermacam buah dan
atau sayur dan dibubuhi bumbu atau kuah. Dari sekian jenis rujak, rujak Aceh
boleh dibilang memiliki citra rasa dan ciri khas tersendiri. Wajar jika
kemudian rujak ini membuah bibir hingga melebar dari asalnya di Tanah Rencong
ke berbagai kota besar di Indonesia seperti Medan dan Jakarta.
Di tempat asalnya, yakni Aceh, rujak Aceh mudah sekali ditemui. Di seputaran Banda Aceh, terutama di warung atau rumah makan banyak yang menjualnya. Di antaranya di ruas jalan Kota Banda Aceh, tepatnya di Jalan Masjid Raya dan Jalan Cik Ditiro.
Tempat lainnya ada
di daerah Ulee Kareng, Banda Aceh yang sudah ada sejak dulu. Di resto ini,
pembelinya bukan cuma warga lokal pun wisatawan Nusantara dan mancanegara,
terutama wisatawan ASEAN dan Jepang. Pilihan lain, rujak Aceh Garuda, masih di
Banda Aceh.
Di luar Banda Aceh,
antara lain di warung rujak Blang Bintang, sekitar 500 meter sebelum pintu
gerbang Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda.
Lokasi yang agak jauh, di
Lhokseumawe, tepatnya di tepian Pantai Ujong Blang. Di sana adajamboe atau
pondok yang menjual rujak Aceh. Pemiliknya bernama Irawati Hamzah (40).
Di Sigli, Ibukota
Kabupaten Pidie ada beberapa warga setempat yang menjual rujak Aceh, salah
satunya Erita (50) yang berjualan di Taman Siliwangi yang diteduhi pepohonan
cemara laut, tak jauh dari bineh laot (pinggir laut) Kota Sigli.
Ibu lima anak yang
sudah 29 tahun berjualan rujak Aceh ini, tiap hari berjualan di sini dari pukul
10 pagi hingga 4 sore. Dia dibantu Karsa, anak laki-laki bungsunya yang masih
duduk di bangku SMP.
Per harinya,
minimal dia mengantongi uang Rp 100.000 dari penjulan rujak. Dari hasil menjual
rujak, Erita mengaku mampu menyekolahkan salah satu anaknya hingga menjadi
polisi yang kini bertugas di Polsek Kota Sigli.
Makan rujak buatan
Erita di taman itu terasa menghadirkan atmosfir yang beda.
Soalnya sekitar 15 meter dari tempatnya berjualan, berdiri bangunan Museum Peringatan Korban Gempa dan Tsunami yang memuat daftar nama-nama masyarakat Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya yang meninggal dunia akibat bencana dan tsunami dasyat, 24 Desember 2004 tahun silam itu. Dan salah satu korbannya, Syafna, buah hati Erita.
Soalnya sekitar 15 meter dari tempatnya berjualan, berdiri bangunan Museum Peringatan Korban Gempa dan Tsunami yang memuat daftar nama-nama masyarakat Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya yang meninggal dunia akibat bencana dan tsunami dasyat, 24 Desember 2004 tahun silam itu. Dan salah satu korbannya, Syafna, buah hati Erita.
Lincah atau
rujak Aceh sudah menjadi makanan tradisional masyarakat Aceh dari dulu. Camilan
ini nikmat dimakan pada siang hari yang terik.
Rujak yang satu ini
berisi campuran irisan buah-buahan seperti nenas, timun, mangga, kedondong,
pepaya, bangkuang, dan pisang batu yang masih mentah ini, diaduk dengan gula
aren atau gula jawa yang sudah diulek di atas cobek batu bersama cabe rawit dan
garam
Yang membuat rujak
Aceh berbeda, adanya rumbia, buah
khas Aceh semacam salak atau disebut juga Salak Aceh, yang daunnya digunakan
untuk membuat atap rumah ini. Buah ini diserut bersama buah-buahan lainnya.
Rujak Aceh tak
hanya ada di Tanah Reuncong. Rujak ini juga sudah menyebar ke Kota Medan bahkan
Jakarta. Di Medan antara lain di Warung ini berada di Kelurahan Sei Putih
Timur, Kecamatan Medan Petisa. Nama rujaknya dikenal dengan Rujak Aceh Samanga.
Di
Jakarta, rujak Aceh dijual dibeberapa tempat antara lain di food court Eat
& Eat Kelapa Gading 5, Jakarta Utara. Tempat lainnya di Waroeng Jaly-Jaly
di Blok M Mall, Jakarta Selatan, dan Kedai Mie Aceh Bang Jali di food court ITC
Ambasador, Kuningan, Jakarta Selatan. Di pingiran Jakarta, tepatnya di Depok,
ada di ITC Depok Jalan Margonda Raya.
Harga seporsi rujak
Aceh di negeri asalnya bervariasi dari Rp 5.000 sampai dengan Rp 9.000.
Sementara Berkisar antara Rp 8.000 hingga Rp 10.000. Sedangkan di Jakarta dan
Depok, harga seporsinya sudah naik pangkat, berkisar antara Rp 10.000 s/d Rp
15.000.
Kalau Anda bertandang ke Aceh untuk
urusan tugas, liburan, dan lainnya, jangan lupa cicipi Lincah-nya. Kuliner khas lain yang juga patut Anda coba tentu saja
Mie Aceh, Ayam Tangkap, Sate Matang, Bubur Kanji Rumbi, Martabak Telur Aceh, Kue
Thimpan, dan Kopi Aceh.
Naskah & foto:
adji kembara
(kokirimba@yahoo.com)
Captions:
1. Rujak
Aceh di Sigli, Kabupaten Pidie, Aceh.
2. Suasana
tempat Erita menjual Rujak Aceh di dekat Pantai Sigli. Aceh.
3. Mie
Aceh dan segelas Sanger atau kopi susu khas Aceh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar